Guru sebagai aset nasional. Sebagian warga negara Indonesia yang terpelajar dan terdidik memiliki peranan yang cukup besar dalam memajukan negara ini. Sebagai cendekiawan terdepan guru mampu menjadi ujung tombak, pemrakarsa, penggerak sekaligus sebagai pelaksana pembangunan bangsa. Denagn kecerdasan yang dimiliki dapat diberikan kepada anak didik dalam pendidikan formal, anak-anak dalam pendidikan informal dan masyarakat dalam pendidikan non formal.
Guru dengan kelebihan yang dimilikinya menempatkan dirinya sebagai kelompok cendekiawan yang disegani dan dihormati oleh masyarakat di sekelilingnya. Mereka menaruh kepercayaan sekaligus harapan kepada guru bahwa gurulah seakan menjadi tumpuan segala keruwetan yang disandangnya, diharapkan mampu memberikan bantuan pemecahan atau jalan keluarnya atau setidak-tidaknya meringankannya. Baik material maupun spiritual guru dianggap memiliki nilai lebih, tidak mustahil mereka banyak mengharap jasa lebih dari guru, di mana guru itu bertempat tinggal.
Guru yang hidupnya bersatu dalam masyarakat seyogyanya mempelajari kecenderungan masyarakat di sekitarnya. Dalam hal ini diperlukan berpikir kritis. Dengan sikap tegas dan wibawa- nya menjadi teladan dalam mengambil sikap yang bijaksana dan arif. Tanda-tanda jaman hendaknya dipahami, baru menentukan tindakan yang mampu menciptakan suasana jemih tentang dan dinamis, jauh dari percekcokan dan pertengkaran, mampu membawa arah pandang masyarakat ke dalam wawasan ke depan yang berorientasi pada wawasan nusantara.
Menumbuhkan sikap kebersamaan, senasib dan sepenanggungan sebagai warga negara, wajib ikut memelihara persatuan dan kesatuan berbangsa dan berneagra melalui hidup rukun saling cinta kasih. Kerukunan adalah modal utama untuk menciptakan terwujudnya persatuan dan kesatuan hidup berbangsa dan bernegara, negara ini dapat bersatu jika warga negaranya hidup rukun dan damai. Perjuangan pendahulu kita jangan disia-siakan begitu saja. Meski dalam perjalanan sejarahnya negara kita mengalami kegagalan- kegagalan hendaknya ktia jadikan sebuah pengalaman agar takterulang di masa yang akan datang. Dalam hal ini peranan guru sangat besar. Guru dapat mengajak masyarakat untuk berpikir kritis, sehat dan
berwawasan pembangunan. Sebagai seorang moderator yang teridik sikap dan keteladanan seorang guru akan menjadi kaca benggala masyarakat di sekelilingnya. Ibarat lilin yang menyala, mampu menerangi masyarakat di sekelilingnya, rela berkurban, melebur diri demi pengabdian sebaik-baiknya, yang dilandasi oleh rasa ikhlas lahir batin kepada masyarakat dan negara.
Dalam hal ketimpangan- ketimpangan sosial hendaknya guru mampu menjelaskan dalam proporsi yang benar dengan mempertimbangkan skala pri- oritas pembangunan nasional. Pemerataan pembangunan yang dewasa ini menjadi isu santer masyarakat pinggiran. Guru di tempat seperti itu mewakili dan sekaligus selaku Pegawai Negeri/Pemerintah dituntut kepiawaiannya untuk mampu menjelaskan dengan tepat dan benar. Jika perlu dan memang – selayaknya guru “Ing Ngarso Sung Tulodho” guru di tengah- tengah masyarakat hendaknya mempunyai kehendak atau pemrakarsa timbulnya semangat hidup kebersamaan dan man- diri. Tanamkan pengertian bahwa kita wajib membangun tempat tinggal kita sendiri. Gerakkan peran serta mereka untuk membangun daerahnya sambil menunggu giliran atau tahapan pembangunan dari pemerintah. Berikan saran dan praktek-praktek yang menuju 1 teknologi tepat guna sederhana agar mereka mampu mandiri dan berdikari. Produk unggulan dan ketrampilan khusus niscaya mampu menciptakan hidup mandiri yang lebih baik.
Guru jangan minir. Jangan memberikan sikap pasif di depan masyarakat. Misalnya, kurang melaksanakan tugas dengan baik. Berangkat tugas terlalu siang dan meninggalkan sekolah sebelum waktunya (nylentet) dengan alasan yang tidak jelas. Sikap guru seperti itu akan membuat masyarakat acuh tak acuh bahkan akan memberikan apersepsi yang keliru terhadap profesi guru. Disamping itu juga akan berdampak besar terhadap profesi guru. Disamping itu juga akan berdampak besar terhadap minat belajar anak, kepatuhan anak terhadap tata tertib sekolah, wibawa guru akan merosot, guru kurang dihormati dan disegani murid-muridnya, (wel- weh mandakna pak guru, gu buru ya ngono we kok), bahkan akan mempengaruhi tarap serap siswa dalam menyerap pendidikan yang diberikannya.
Guru dengan pengaruhnya di masyarakat jangan sampai membingungkan khalayak. Hati-hatilah berkomentar terhadap suatu persoalan yang belum jelas duduk perkaranya (kentang kimpule). Jika perlu lebih baik diam untuk sementara waktu menunggu waktu yang tepat. Guru harus memasyarakat dengan rakyat terutama orang miskin. Kita percaya bahwa, apa yang kita lakukan di dunia ini kelak akan diperhitungkan oleh Tuhan sendiri sampai perbuatan kita sekecil-kecilnya. Apa yang kita lakukan terhadap saudara-saudara kita yang paling lemah, hina, papa, miskin, dan sengsara, itulah persembahan hidup yang besar bagi seorang guru kepada Tuhan yang MahaEsa dan MahaKuasa. Dengan demikian kita telah ikut berkarya dalam karya keselamatan Tuhan, selamatlah diri kita sendiri, sesama kita, bangsa dan negara kita tercinta ini.
Sumber: Mingguan Guru.